HANYA KITA YANG MEMAHAMI DIRI KITA.CUBA YANG TERBAIK HARI DEMI HARI UNTUK AGAMA, BANGSA DAN NEGARA

Friday, May 01, 2009

SIAPAKAH ULAMA SEBENAR?




Siapa yang dinamakan Ulama?



Terdapat beberapa ungkapan dalam mendefinisikan ulama.


1) Ibnu Juraij rahimahullah menukilkan (pendapat) dari ‘Atha, beliau berkata: “Barangsiapa yang mengenal Allah, maka dia adalah orang alim.” (Jami’ Bayan Ilmu wa Fadhlih, hal. 2/49)


2) Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah dalam kitab beliau Kitabul ‘Ilmi mengatakan: “Ulama adalah orang yang ilmunya menyampaikan mereka kepada sifat takut kepada Allah.” (Kitabul ‘Ilmi hal. 147)


3) Badruddin Al-Kinani rahimahullah mengatakan: “Mereka (para ulama) adalah orang-orang yang menjelaskan segala apa yang dihalalkan dan diharamkan, dan mengajak kepada kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 31)


4) Abdus Salam bin Barjas rahimahullah mengatakan: “Orang yang layak untuk disebut sebagai orang alim jumlahnya sangat sedikit sekali dan tidak berlebihan kalau kita mengatakan jarang. Yang demikian itu kerana sifat-sifat orang alim majoritinya tidak akan terwujud pada diri orang-orang yang menisbahkan diri kepada ilmu pada masa kini. Bukan dinamakan alim bila sekadar fasih dalam berbicara atau pandai menulis, orang yang menyebarluaskan karya-karya atau orang yang mentahqiq kitab-kitab yang masih dalam tulisan tangan. Kalau orang alim ditimbang dengan faktor2 ini, maka terlalu ramailah orang alim.



Orang alim hakiki adalah yang mendalami ilmu agama, mengetahui hukum-hukum Al Quran dan As Sunnah. Mengetahui ilmu ushul fiqih seperti nasikh dan mansukh, mutlak, muqayyad, mujmal, mufassar, dan juga orang-orang yang menggali ucapan-ucapan salaf terhadap apa yang mereka perselisihkan. ” (Wujubul Irtibath bi ‘Ulama, hal. 8)



Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan ciri khas seorang ulama yang membezakan dengan
kebanyakan orang yang mengaku berilmu atau yang diakui sebagai ulama bahkan waliyullah.

Dia berfirman:

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah adalah ulama.
” (Fathir: 28)


Ciri-ciri Ulama


ini bertujuan untuk mengetahui siapakah sebenarnya yang sesuai untuk menyandang gelaran ulama dan apakah jasa mereka dalam menyelamatkan Islam dan muslimin dari kongkongan musuh2 agama, mulai dari masa terbaik umat iaitu generasi sahabat hinggalah masa kita sekarang.


Penulisan ini juga bertujuan untuk memberi gambaran (yang benar) kepada sebahagian muslimin yang telah memberikan gelaran ulama kepada orang yang tidak sesuai untuk menyandangnya.


pandangan masyarakat umum siapakah ulama.


a. Sebahagian kaum muslimin ada yang meremehkan hak-hak ulama. Di sisi mereka, yang dinamakan ulama adalah orang yang pandai bertutur kata dan memperindah perkataannya dengan cerita-cerita, syair-syair, atau ilmu-ilmu pelembut hati.

b. Sebahagian kaum muslimin menganggap ulama itu adalah orang yang mengerti realiti hidup dan yang mendalaminya, orang-orang yang berani menentang pemerintah - meskipun tanpa alasan yang kukuh dan landasan ilmu ynag mantap.

c. Di antara mereka ada yang menganggap ulama adalah ulat buku, meskipun tidak memahami apa yang dibaca.


d. Di antara mereka ada yang menganggap ulama adalah orang yang pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan alasan berdakwah kepada manusia.


e. Sebahagian muslimin tidak tahu membezakan antara orang alim dengan pemberi nasihat, serta antara penuntut ilmu dan ulama..


Di antara ciri-ciri ulama sebenar adalah:



1. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan kedudukan, dan membenci segala bentuk pujian serta tidak menyombongkan diri atas seorang pun.”


2. Al-Hasan mengatakan: “Orang faqih adalah orang yang zuhud terhadap dunia dan cinta kepada akhirat, bashirah (berilmu) tentang agamanya dan senantiasa dalam beribadah kepada Rabbnya.”


3. Dalam riwayat lain: “Orang yang tidak hasad kepada seorang pun yang berada di atasnya dan tidak menghinakan orang yang ada di bawahnya dan tidak mengambil upah sedikitpun dalam menyampaikan ilmu Allah.” (Al-Khithabul Minbariyyah, 1/177)


4. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang yang tidak mengaku-aku berilmu, tidak bangga dengan ilmunya atas seorang pun, dan tidak mudah2 menghukumi orang yang jahil sebagai orang yang menyelisihi As-Sunnah.”


5. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang yang berburuk sangka kepada diri mereka sendiri dan berbaik sangka kepada ulama salaf. Dan mereka mengakui ulama-ulama terdahulu daripada mereka serta mengakui bahawa mereka tidak akan mampu mencapai darjat mereka atau mendekatinya.”


6. Mereka berpendapat bahawa kebenaran dan hidayah ada dalam mengikuti apa-apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:


“Dan orang-orang yang diberikan ilmu memandang bahawa apa yang telah diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Rabbmu adalah kebenaran dan akan membimbing kepada jalan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji
.” (Saba: 6)


7. Mereka adalah orang yang paling memahami segala bentuk permisalan yang dibuat Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al Qur’an, bahkan apa yang dimahukan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Demikianlah permisalan-permisalan yang dibuat oleh Allah bagi manusia dan tidak ada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
” (Al-’Ankabut: 43)


8. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian melakukan istinbath (mengambil hukum) dan memahaminya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau mereka menyerahkan kepada rasul dan ulil amri di antara mereka,tentulah orang-orang yang mampu mengambil hukum (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil amri). Kalau tidak dengan kurnia dan rahmat dari Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikuti syaitan kecuali sedikit saja.
(An-Nisa: 83)


9. Mereka adalah orang-orang yang tunduk dan khusyu’ dalam merealisasikan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Katakanlah: ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti akan dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Al-Isra: 107-109)


Inilah beberapa sifat ulama hakiki yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur’an dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam Sunnahnya. Dengan semua ini, jelaslah siapakah ulama sebenar dan siapakah orang yang berpura-pura ulama dan berbaju dengan pakaian ulama padahal tidak layak langsung memakainya. berhati hatilah dengan orang palsu di sekeliling kita!


Contoh-contoh Ulama Rabbani



1. Generasi shahabat yang langsung dipimpin oleh empat khalifah Ar-Rasyidin: Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali.

2. Generasi tabiin dan di antara tokoh mereka adalah Sa’id bin Al-Musayyib (meninggal setelah tahun 90 H), ‘Urwah bin Az-Zubair (meninggal tahun 93 H), ‘Ali bin Husain Zainal Abidin (meninggal tahun 93 H), Muhammad bin Al-Hanafiyyah (meninggal tahun 80 H), ‘Ubaidullah bin Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud (meninggal tahun 94 H atau setelahnya), Salim bin Abdullah bin ‘Umar (meninggal tahun 106 H), Al-Hasan Al-Basri (meninggal tahun 110 H), Muhammad bin Sirin (meninggal tahun 110 H), ‘Umar bin Abdul ‘Aziz
(meninggal tahun 101 H), dan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (meninggal tahun 125 H).

3. Generasi atba’ at-tabi’in dan di antara tokoh-tokohnya adalah Al-Imam Malik (179 H), Al-Auza’i (107 H), Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri (161 H), Sufyan bin ‘Uyainah (198 H), Ismail bin ‘Ulayyah (193 H), Al-Laits bin Sa’d (175 H), dan Abu Hanifah An-Nu’man (150 H).

4. Generasi setelah mereka, di antara tokohnya adalah Abdullah bin Al-Mubarak (181 H), Waki’ bin Jarrah (197 H), Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (203 H), Abdurrahman bin Mahdi (198 H), Yahya bin Sa’id Al-Qaththan (198 H), ‘Affan bin Muslim (219 H).

5. Murid-murid mereka, di antara tokohnya adalah Al-Imam Ahmad bin Hanbal (241 H), Yahya bin Ma’in (233 H), ‘Ali bin Al-Madini (234 H).

6. Murid-murid mereka seperti Al-Imam Bukhari (256 H), Al-Imam Muslim (261 H), Abu Hatim (277 H), Abu Zur’ah (264 H), Abu Dawud (275 H), At-Tirmidzi (279 H), dan An-Nasai (303 H).

7. Generasi setelah mereka, di antaranya Ibnu Jarir (310 H), Ibnu Khuzaimah (311 H), Ad-Daruquthni (385 H), Al-Khathib Al-Baghdadi (463 H), Ibnu Abdil Bar An-Numairi (463 H).

8. Generasi setelah mereka, di antaranya adalah Abdul Ghani Al-Maqdisi, Ibnu Qudamah (620 H), Ibnu Shalah (643 H), Ibnu Taimiyah (728 H), Al-Mizzi (743 H), Adz-Dzahabi (748 H), Ibnu Katsir (774 H) berikut para ulama yang semasa mereka atau murid-murid mereka yang mengikuti manhaj mereka dalam berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sampai pada hari ini.

9. Contoh ulama di masa kini adalah Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz,Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Asy-Syaikh Muhammad Aman Al-Jami, Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, dan selain mereka dari ulama yang telah meninggal di masa kita. Berikutnya Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Asy-Syaikh Zaid Al-Madkhali, Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz Alu Syaikh, Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-’Abbad,
Asy-Syaikh Al-Ghudayyan, Asy-Syaikh Shalih Al-Luhaidan, Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, Asy-Syaikh Shalih As-Suhaimi, Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri dan selain mereka yang mengikuti langkah-langkah mereka di atas manhaj Salaf. (Makanatu Ahli Hadits karya Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dan Wujub Irtibath bi Ulama)


semoga kita jelas siapakah ulama dalam erti kata sebenar..wassalam..